Literasi

Hari Kartini: Menyalakan Semangat Emansipasi di Era Digital

Foto Penulis

Retna Endah Kusma Dewi, S.IP

Penulis
Selasa, 22 April 2025


Oleh Retna Endah


YSH News - Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini, momen penting untuk merefleksikan perjuangan perempuan dalam meraih hak-haknya, terutama di bidang pendidikan. Tahun ini, MI Pembangunan menyambut Hari Kartini dengan sebuah upacara yang istimewa. Yang menjadikannya unik, seluruh petugas upacaranya adalah para guru perempuan. Sebuah simbol nyata dari semangat emansipasi yang terus menyala di tengah generasi masa kini.


Dalam pidato upacara, Ibu Himmatun, M.Pd, selaku pembina upacara mengingatkan bahwa semangat Kartini adalah simbol perjuangan perempuan yang ingin berdiri sejajar tanpa kehilangan identitasnya. Ia mengatakan, "Hari ini kita memperingati hari kelahiran Ibu Kita Kartini, salah satu pejuang wanita dari Indonesia yang memperjuangkan derajat wanita. Kartini mampu mendirikan sekolah perempuan, membuka jalan pendidikan bagi kaum perempuan.”


Namun, Ibu Himmatun juga menekankan bahwa nilai-nilai kesetaraan gender bukanlah hal baru dalam ajaran Islam. “Jauh sebelum Kartini, Islam sudah sangat menghormati perempuan. Dalam surat An-Nisa, serta dalam hadis Nabi yang menyebutkan 'Ibumu, ibumu, ibumu' ketika ditanya siapa yang harus dimuliakan terlebih dahulu, kita bisa melihat betapa perempuan memiliki tempat mulia dalam Islam,” jelasnya.


Dalam wawancara singkat, Ibu Himmatun menyebutkan bahwa Kartini adalah sosok muslimah inspiratif yang memperjuangkan pendidikan perempuan. Namun, baginya, tokoh perempuan yang paling menginspirasi justru adalah ibunya sendiri. "Beliau adalah wanita pertama yang berani merantau ke Jakarta untuk mengambil pendidikan S1. Dari beliaulah saya belajar arti semangat dan pengorbanan." Ia juga membagikan cara mengenalkan sosok Kartini kepada murid-muridnya, yaitu dengan menjadi teladan terlebih dahulu dan memperkenalkan figur-figur perempuan hebat lainnya, seperti Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati, Dewi Sartika, hingga Kristina Martha Tiahahu. Tujuannya, agar siswa memiliki banyak referensi tokoh wanita yang kuat dan berdaya.


Menghadapi tantangan zaman, terutama di era digital, Ibu Himmatun menekankan pentingnya membekali generasi muda dengan kemampuan literasi digital. “Kita harus bisa memilah dan memilih mana informasi yang baik untuk diikuti sesuai dengan prinsip kita sebagai seorang muslimah,” ujarnya.


Di akhir wawancaranya, Ibu Himmatun menyampaikan pesan hangat untuk generasi muda, khususnya para siswi MI Pembangunan: “Buktikan bahwa kalian bisa berprestasi di berbagai bidang tanpa harus meninggalkan identitas sebagai muslimah. Jika kalian jatuh, kalian tetap berada di antara bintang-bintang.”


Hari Kartini bukan sekadar perayaan seremonial. Ia adalah pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Kartini telah membuka pintu, kini giliran kita semua untuk berjalan, bahkan berlari melewati jalan itu dengan semangat, ilmu, dan akhlak sebagai bekal.